PROFIL
KEUSKUPAN GEREJA KATEDRAL
PAROKI
HATI KUDUS SANGGAU
1. Pengantar
Gereja
merupakan persekutuan umat beriman kepada Kristus di penjuru dunia dan
berkembang dalam kesatuan di suatu tempat. Seiring perjalanan dari waktu ke
waktu Gereja lahir melalui proses tersebut.
Maka untuk dapat mengenal lebih baik sebuah Gereja zaman sekarang,
perlunya memperlajari sejarah kelahiran Gereja tersebut. Dinamika kehidupan Gereja
dimasa lalu yang sangat berperan dalam menentukan karakter Gereja saat ini
seperti halnya dinamika Gereja perdana, begitu pula dengan Gereja Keuskupan
Sanggau. Dengan demikian kita dapat melihat sejarah singkat keuskupan Sanggau
Provinsi Kalimantan Barat dan kita dapat mengetahui perkembangan Gereja di
wilayah pedalaman seperti halnya di dearah Provinsi Kalimantan Barat khususnya
di dearah Sanggau yang sudah terbentuk menjadi sebuah keuskupan.
2. Keadaan
Geografis Keuskupan Sanggau
Secara
geografis wilayah Keuskupan Sanggau terletak dengan luas 18.302 km2
atau 12,47% dari 146.807 km2 total
dari seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Barat. Secara politis Keuskupan
Sanggau mencangkup dua wilayah, yakni Kabupaten Sanggau dan Sekadau, bagian
timur berbatasan dengan Kabupaten Sintang, bagian barat dengan Kabupaten
Landak, bagian selatan dengan Kabupaten Ketapang dan bagian utara dengan
Serawak yang terdapat Pos Lintas Batas menjadi penghubung kedua Negara disana
yakni Negara Indonesia dan Malaysia.
Di
beberapa wilayah tanah Keuskupan Sanggau dipenuhi dengan hutan belantara dan
berbukit-bukit. Jenis tanahnya Podsolid (berupa batu endapan merah kuning) dan
Latosol (tanah berwana coklat atau merah) yang hampir merata di berbagai
wilayah kecamatan Kabupaten Sanggau dan Sekadau dan ada juga tanah yang selalu
digenangi air yang biasa disebut rawa. Selain daratan terdapat juga
sungai-sungai yang berukuran cukup besar yang membelah daratan tropis sehingga
menjadi pusat permukiman penduduk, seperti sungai Kapuas, Sekayam, Beduai,
Sekadau, Semayong, Tayan, Mengkiang, Belitang, Kerabat dan Ntorap.
3. Sejarah
Singkat Keuskupan Sanggau
a) Kedatangan
Misionaris awal di provinsi Kalimantan Barat
Pada
tahun 1851-1862 seorang pastor biasa disebut romo dari Batavia pernah datang ke
Kalimantan Barat untuk melihat situasi yang terjadi di Kalimantan khususnya
perkembangan Gereja dan iman umat Katolik. Pada saat itu Indonesia masih berada
dibawah satu Vikariat Apostolik Batavia. Ketika seorang Mrg. Cleassens menjabat
sebagai Vikaris Apostolik, ia merasa bahwa sangat perlu untuk meneruskan usaha
pewartaan oleh pastor perintis, untuk mewartakan Sabda Allah demi perkembangan
anggota Gereja dan iman mereka pun semakin bertumbuh dan berkembang di daerah
Kalimantan Barat. Setelah meminta dan mendapatkan ijin dari pemerintah Belanda,
Mrg. Cleassens mengutus pastor Staal SJ untuk memulai sebuah pewartaan di
daerah Sambas, Singkawang dan Sintang. Usaha yang dilakukan oleh pastor Staal
SJ membuahkan hasil yang sangat baik. Maka tepatnya tanggal 11 Februari 1905
wilayah misi Kalimantan ditingkatkan menjadi wilayah Prefektur Apostolik
Kalimantan yang berpusat di Pontianak.
Pelayanan
yang ada di wilayah Prefektur Apostolik Pontianak di percayakan kepada Ordo
Kapusin (OFM Cap). Pata tanggal 10 April 1905, pastor Pasificus Bos OFM. Cap
diangkat menjadi Prefek Apostolik yang pertama. Setahun kemudian setelah
pengangkatan pastor Pasificus Bos OFM. Cap, mulailah kedatangan tenaga
misionaris ke Kalimantan. Dan pada tanggal 30 November 1906, ada enam orang
misionaris Kapusin Belanda mulai menetap di Sejiham dan membuka karya misi
disana, karena luasnya wilayah dan kurang tenaga pelayan maka pastor Pasificus
mengundang Bruder MTB, Suster SFIC dan KFS untuk berkarya baik dalam bidang
pendidikan maupun di bidang kesehatan.
b) Berdirinya
Paroki Sanggau
Pada
tahun 1925 paroki Sanggau mulai didirikan, berkat inisiatif oleh seorang awam
yang berasal dari kampung Lintang. Ketika masih duduk dibangku sekolah dia
pernah menjadi siswa di sekolah katolik Sejiham. Maka, ia mengundang
pastor-pastor supaya datang ke Sanggau untuk membangun Gereja dan membangun
sekolah-sekolah katolik di Sanggau. Pastor pertama yang bertugas di paroki Sanggau
ialah pastor Kanisius, OFM. Cap.
Pada
waktu Indonesia dijajahi Jepang tahun 1942, semua misionaris yang ada di
Kalimantan Barat ditangkap dan dibawa ke Malaysia. Sejak saat itu semua karya
pelayanan yang ada di Kalimantan termasuk di Sanggau berhenti total. Namun
ketika Jepang dikalahkan sekutu pada tahun 1945, tenaga-tenaga misionaris yang
dikumpulkan di Malaysia didatangkan kembali ke Kalimantan oleh Mrg. T. Van
Valenberg, Administrator Apostolik Pontianak mendatangkan berbagai konggrasi
baik pastor, bruder, suster dari luar negri untuk berkarya di Kalimantan Barat.
Dengan kedatangan para tenaga misi ini, maka dibeberapa tempat di paroki
Sanggau mulai dibuka paroki-paroki baru antara lain, Sekadau pada tahun 1950,
Jangkang pada tahun 1952, Pakit pada tahun 1954, Pusat Damai pada tahun 1955,
Jemongko pada tahun 1956, Batang Tarang pada tahun 1958, Lintang pada tahun
1960 serta Meliau pada tahun 1977 dibawah satu dekanat Sanggau. Seiring
berjalannya waktu, sebelas tahun kemudian tepatnya pada tahun 1961 wilayah
Sekadau ditetapkan menjadi Prefektur Apostolik baru dengan wilayah mencangkup
paroki Pakit dan Sei Ayak yang pelayanannya diserahkan kepada pastor-pastor
Pasionis Italia.
c) Berdirinya
Keuskupan Sanggau
Berdirinya
Sanggau menjadi sebuah keuskupan yang memisahkan diri dari keuskupan Pontianak
membutuhkan waktu yang sangat panjang, yakni selama 57 tahun. Terkait dengan
perkembangan jemaat dan luasnya daerah pelayanan Gereja di wilayah ini, maka
tepatnya pada tanggal 10 Juli 1982 secara resmi diumumkan Surat Keputusan
Pembentukan Keuskupan Sanggau yang diresmikan pada tanggal 5 Desember 1982. Adapun
wilayah pelayanan Keuskupan Sanggau mencangkup seluruh bagian Kabupaten Sekadau
dari beberapa Prefektur Apostolik dan eks dekanat Sanggau. Paroki Sanggau
dipilih sebagai pusat keuskupan karena didasarkan pada pertimbangan bahwa,
Sanggau letak geografisnya tepat di tengah-tengah supaya lebih mudah dijangkau.
Awal
berdirinya Keuskupan Sanggau di gembalakan oleh Administrator Apostolik Mrg.
Hieronimus Bumbun OFM. Cap yang juga menjabat sebgai Uskup Agung Pontianak.
Kemudian pada tanggal 3 Juni 1990 sampai sekarang ini, Keuskupan Sanggau
mendapatkan Uskup pertamanya yang bernama Mrg.
Yulius Mencucini CP dengan motto penggembalaannya “Ministerium Meum in Ministrando artinya tugasku adalah melayani”
(bdk. Rm.12:7). Kemudian motto ini diangkat menjadi motto keuskupan Sanggau.
4. Perkembangan
Gereja Keuskupan Sanggau
a) Perkembangan
Paroki
Pada
tahun 1982 awal berdirinya wilayah Keuskupan Sanggau hanya terdiri dari 9
Paroki dianatarnya ialah Sanggau (1925), Sekadau (1925), Jangkang (1952), Pakit
(1954), Pusat Damai (1955), Jemongko (1956), Batang Tarang (1958), Lintang
(1960) dan Meliau (1977). Seiring dengak perkembangan jumlah umat yang sangat
banyak hingga saat ini di Keuskupan Sanggau telah dimekarkan menjadi 13 paroki.
Ke tiga belas paroki tersebut meliputi Teraju/Toba (1977), Sosok (1990), Rawak
(1990), Nanga Taman (1990), Nanga Mahap (1990), Tayan (1998), Entikong (2000),
Mukok (2001), Balai Karangan (2003), Beduai (2003), Bonti (2005), Balai Sepauk
(2006), Sekadau (2011) dan di tambah 1 kausi paroki PT. Erna Sanggau (1998).
Paroki-paroki ini dibagi kedalam 4 dekanat yang terdiri dari dekanat St. Markus
(Sekadau), St. Petrus (Sanggau), St, Thoma Aquinas (Sosok), dan St. Fransiskus
Asisi (Entikong).
b) Perkembangan
Umat Katolik
Jumlah
jemaat pada awal berdirinya Kesuskupan Sanggau adalah 106.878 jiwa dari total
340.000 jiwa penduduk Kabupaten Sanggau. Setalah selama delapan belas tahun
menjadi keuskupa Sanggau jumlah jemaat semakin meningkat menjadi 240.378 dari
total jumlah jiwa 501.221 jiwa penduduk Kabupaten Sanggau. Dalam data statistik
tahun 2006 jumlah jemaat sebanyak 290.096 jiwa. Dan sampai sekarang jumlah umat
semakin berkembanga dan semakin meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun. Dengan
demikian perkembangan umlah umat jika dihitung secara kuantitas memang sangat
besar, namun dalam kualitasnya secara iman masih diusahakan untk menjadi lebih
baik. Dalam pesta peraknya Keuskupan Sanggau dari tahun ke tahun mulai
mengarahkan program kerja kea rah pembinaan iman umat.
5. Penutup
Pada
tahun ini Gereja keuskupan Sanggau genap berusia 32 tahun. Selama 32 tahun
memberikan pelayanan iman didaerah-daerah, ada banyak perkembangan yang dapat
dirasakan dari perkembangan Gereja ini, salah satunya ialah perkembangan jumlah
jemaat yang selalu meningkat dari tahun ke tahun. Namun, disisi lain masih
banyak pekerjaan yang harus dilakukan supaya Gereja Keuskupan Sanggau dapat
menjadi sarana kehadiran Kerajaan Allah ditengah-tengah masyarakat. Dengan
harapan dalam usia yang relatif muda ini, Gereja Keuskupan Sanggau dapat
mengembangkan iman umat untuk menjadi lebih baik dalam kehidupan rohaninya
tidak hanya meningkatkan jumlah anggotanya melainkan meningkatkan kehidupan
imannya untuk menjadi lebih dewasa iman kristianinya.