Kamis, 04 Desember 2014

profil keuskupan Gereja katedral paroki Hati Kudus


PROFIL KEUSKUPAN GEREJA KATEDRAL
PAROKI HATI KUDUS SANGGAU
  
1.      Pengantar
Gereja merupakan persekutuan umat beriman kepada Kristus di penjuru dunia dan berkembang dalam kesatuan di suatu tempat. Seiring perjalanan dari waktu ke waktu Gereja lahir melalui proses tersebut.  Maka untuk dapat mengenal lebih baik sebuah Gereja zaman sekarang, perlunya memperlajari sejarah kelahiran Gereja tersebut. Dinamika kehidupan Gereja dimasa lalu yang sangat berperan dalam menentukan karakter Gereja saat ini seperti halnya dinamika Gereja perdana, begitu pula dengan Gereja Keuskupan Sanggau. Dengan demikian kita dapat melihat sejarah singkat keuskupan Sanggau Provinsi Kalimantan Barat dan kita dapat mengetahui perkembangan Gereja di wilayah pedalaman seperti halnya di dearah Provinsi Kalimantan Barat khususnya di dearah Sanggau yang sudah terbentuk menjadi sebuah keuskupan.

2.      Keadaan Geografis Keuskupan Sanggau
Secara geografis wilayah Keuskupan Sanggau terletak dengan luas 18.302 km2  atau 12,47% dari 146.807 km2 total dari seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Barat. Secara politis Keuskupan Sanggau mencangkup dua wilayah, yakni Kabupaten Sanggau dan Sekadau, bagian timur berbatasan dengan Kabupaten Sintang, bagian barat dengan Kabupaten Landak, bagian selatan dengan Kabupaten Ketapang dan bagian utara dengan Serawak yang terdapat Pos Lintas Batas menjadi penghubung kedua Negara disana yakni Negara Indonesia dan Malaysia.
Di beberapa wilayah tanah Keuskupan Sanggau dipenuhi dengan hutan belantara dan berbukit-bukit. Jenis tanahnya Podsolid (berupa batu endapan merah kuning) dan Latosol (tanah berwana coklat atau merah) yang hampir merata di berbagai wilayah kecamatan Kabupaten Sanggau dan Sekadau dan ada juga tanah yang selalu digenangi air yang biasa disebut rawa. Selain daratan terdapat juga sungai-sungai yang berukuran cukup besar yang membelah daratan tropis sehingga menjadi pusat permukiman penduduk, seperti sungai Kapuas, Sekayam, Beduai, Sekadau, Semayong, Tayan, Mengkiang, Belitang, Kerabat dan Ntorap.

3.      Sejarah Singkat Keuskupan Sanggau
a)      Kedatangan Misionaris awal di provinsi Kalimantan Barat
Pada tahun 1851-1862 seorang pastor biasa disebut romo dari Batavia pernah datang ke Kalimantan Barat untuk melihat situasi yang terjadi di Kalimantan khususnya perkembangan Gereja dan iman umat Katolik. Pada saat itu Indonesia masih berada dibawah satu Vikariat Apostolik Batavia. Ketika seorang Mrg. Cleassens menjabat sebagai Vikaris Apostolik, ia merasa bahwa sangat perlu untuk meneruskan usaha pewartaan oleh pastor perintis, untuk mewartakan Sabda Allah demi perkembangan anggota Gereja dan iman mereka pun semakin bertumbuh dan berkembang di daerah Kalimantan Barat. Setelah meminta dan mendapatkan ijin dari pemerintah Belanda, Mrg. Cleassens mengutus pastor Staal SJ untuk memulai sebuah pewartaan di daerah Sambas, Singkawang dan Sintang. Usaha yang dilakukan oleh pastor Staal SJ membuahkan hasil yang sangat baik. Maka tepatnya tanggal 11 Februari 1905 wilayah misi Kalimantan ditingkatkan menjadi wilayah Prefektur Apostolik Kalimantan yang berpusat di Pontianak.
Pelayanan yang ada di wilayah Prefektur Apostolik Pontianak di percayakan kepada Ordo Kapusin (OFM Cap). Pata tanggal 10 April 1905, pastor Pasificus Bos OFM. Cap diangkat menjadi Prefek Apostolik yang pertama. Setahun kemudian setelah pengangkatan pastor Pasificus Bos OFM. Cap, mulailah kedatangan tenaga misionaris ke Kalimantan. Dan pada tanggal 30 November 1906, ada enam orang misionaris Kapusin Belanda mulai menetap di Sejiham dan membuka karya misi disana, karena luasnya wilayah dan kurang tenaga pelayan maka pastor Pasificus mengundang Bruder MTB, Suster SFIC dan KFS untuk berkarya baik dalam bidang pendidikan maupun di bidang kesehatan.

b)      Berdirinya Paroki Sanggau
Pada tahun 1925 paroki Sanggau mulai didirikan, berkat inisiatif oleh seorang awam yang berasal dari kampung Lintang. Ketika masih duduk dibangku sekolah dia pernah menjadi siswa di sekolah katolik Sejiham. Maka, ia mengundang pastor-pastor supaya datang ke Sanggau untuk membangun Gereja dan membangun sekolah-sekolah katolik di Sanggau. Pastor pertama yang bertugas di paroki Sanggau ialah pastor Kanisius, OFM. Cap.
Pada waktu Indonesia dijajahi Jepang tahun 1942, semua misionaris yang ada di Kalimantan Barat ditangkap dan dibawa ke Malaysia. Sejak saat itu semua karya pelayanan yang ada di Kalimantan termasuk di Sanggau berhenti total. Namun ketika Jepang dikalahkan sekutu pada tahun 1945, tenaga-tenaga misionaris yang dikumpulkan di Malaysia didatangkan kembali ke Kalimantan oleh Mrg. T. Van Valenberg, Administrator Apostolik Pontianak mendatangkan berbagai konggrasi baik pastor, bruder, suster dari luar negri untuk berkarya di Kalimantan Barat. Dengan kedatangan para tenaga misi ini, maka dibeberapa tempat di paroki Sanggau mulai dibuka paroki-paroki baru antara lain, Sekadau pada tahun 1950, Jangkang pada tahun 1952, Pakit pada tahun 1954, Pusat Damai pada tahun 1955, Jemongko pada tahun 1956, Batang Tarang pada tahun 1958, Lintang pada tahun 1960 serta Meliau pada tahun 1977 dibawah satu dekanat Sanggau. Seiring berjalannya waktu, sebelas tahun kemudian tepatnya pada tahun 1961 wilayah Sekadau ditetapkan menjadi Prefektur Apostolik baru dengan wilayah mencangkup paroki Pakit dan Sei Ayak yang pelayanannya diserahkan kepada pastor-pastor Pasionis Italia.

c)      Berdirinya Keuskupan Sanggau
Berdirinya Sanggau menjadi sebuah keuskupan yang memisahkan diri dari keuskupan Pontianak membutuhkan waktu yang sangat panjang, yakni selama 57 tahun. Terkait dengan perkembangan jemaat dan luasnya daerah pelayanan Gereja di wilayah ini, maka tepatnya pada tanggal 10 Juli 1982 secara resmi diumumkan Surat Keputusan Pembentukan Keuskupan Sanggau yang diresmikan pada tanggal 5 Desember 1982. Adapun wilayah pelayanan Keuskupan Sanggau mencangkup seluruh bagian Kabupaten Sekadau dari beberapa Prefektur Apostolik dan eks dekanat Sanggau. Paroki Sanggau dipilih sebagai pusat keuskupan karena didasarkan pada pertimbangan bahwa, Sanggau letak geografisnya tepat di tengah-tengah supaya lebih mudah dijangkau.
Awal berdirinya Keuskupan Sanggau di gembalakan oleh Administrator Apostolik Mrg. Hieronimus Bumbun OFM. Cap yang juga menjabat sebgai Uskup Agung Pontianak. Kemudian pada tanggal 3 Juni 1990 sampai sekarang ini, Keuskupan Sanggau mendapatkan Uskup pertamanya yang bernama Mrg. Yulius Mencucini CP dengan motto penggembalaannya “Ministerium Meum in Ministrando artinya tugasku adalah melayani” (bdk. Rm.12:7). Kemudian motto ini diangkat menjadi motto keuskupan Sanggau.



4.      Perkembangan Gereja Keuskupan Sanggau
a)      Perkembangan Paroki
Pada tahun 1982 awal berdirinya wilayah Keuskupan Sanggau hanya terdiri dari 9 Paroki dianatarnya ialah Sanggau (1925), Sekadau (1925), Jangkang (1952), Pakit (1954), Pusat Damai (1955), Jemongko (1956), Batang Tarang (1958), Lintang (1960) dan Meliau (1977). Seiring dengak perkembangan jumlah umat yang sangat banyak hingga saat ini di Keuskupan Sanggau telah dimekarkan menjadi 13 paroki. Ke tiga belas paroki tersebut meliputi Teraju/Toba (1977), Sosok (1990), Rawak (1990), Nanga Taman (1990), Nanga Mahap (1990), Tayan (1998), Entikong (2000), Mukok (2001), Balai Karangan (2003), Beduai (2003), Bonti (2005), Balai Sepauk (2006), Sekadau (2011) dan di tambah 1 kausi paroki PT. Erna Sanggau (1998). Paroki-paroki ini dibagi kedalam 4 dekanat yang terdiri dari dekanat St. Markus (Sekadau), St. Petrus (Sanggau), St, Thoma Aquinas (Sosok), dan St. Fransiskus Asisi (Entikong).

b)      Perkembangan Umat Katolik
Jumlah jemaat pada awal berdirinya Kesuskupan Sanggau adalah 106.878 jiwa dari total 340.000 jiwa penduduk Kabupaten Sanggau. Setalah selama delapan belas tahun menjadi keuskupa Sanggau jumlah jemaat semakin meningkat menjadi 240.378 dari total jumlah jiwa 501.221 jiwa penduduk Kabupaten Sanggau. Dalam data statistik tahun 2006 jumlah jemaat sebanyak 290.096 jiwa. Dan sampai sekarang jumlah umat semakin berkembanga dan semakin meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun. Dengan demikian perkembangan umlah umat jika dihitung secara kuantitas memang sangat besar, namun dalam kualitasnya secara iman masih diusahakan untk menjadi lebih baik. Dalam pesta peraknya Keuskupan Sanggau dari tahun ke tahun mulai mengarahkan program kerja kea rah pembinaan iman umat.

5.      Penutup

Pada tahun ini Gereja keuskupan Sanggau genap berusia 32 tahun. Selama 32 tahun memberikan pelayanan iman didaerah-daerah, ada banyak perkembangan yang dapat dirasakan dari perkembangan Gereja ini, salah satunya ialah perkembangan jumlah jemaat yang selalu meningkat dari tahun ke tahun. Namun, disisi lain masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan supaya Gereja Keuskupan Sanggau dapat menjadi sarana kehadiran Kerajaan Allah ditengah-tengah masyarakat. Dengan harapan dalam usia yang relatif muda ini, Gereja Keuskupan Sanggau dapat mengembangkan iman umat untuk menjadi lebih baik dalam kehidupan rohaninya tidak hanya meningkatkan jumlah anggotanya melainkan meningkatkan kehidupan imannya untuk menjadi lebih dewasa iman kristianinya.